Kamis, 09 Februari 2012

Kesenian Khas "SISINGAAN"


            Terdapat beberapa keterangan tentang asal usul Sisingaan ini, di antaranya bahwa Sisingaan memiliki hubungan dengan bentuk perlawanan rakyat terhadap penjajah lewat binatang Singa kembar (Singa kembar lambang penjajah Belanda), yang pada waktu itu hanya punya sisa waktu luang dua hari dalam seminggu.


Dalam perkembangan bentuknya Sisingaan, dari bentuk Singa Kembar yang sederhana, semakin lama disempurnakan, baik bahan maupun rupanya, semakin gagah dan menarik. Demikian juga para pengusung Sisingaan, kostumnya semakin dibuat glamour dengan warna-warna kontras dan menyolok.. Demikian pula dengan penataan gerak tarinya dari hari ke hari semakin ditata dan disempurnakan. Juga musik pengiringnya, sudah ditambahkan dengan berbagai perkusi lain, seperti bedug, genjring dll. Begitu juga dengan lagu-lagunya, lagu-lagu dangdut popular sekarang menjadi dominan. Dalam beberapa festival Helaran Sisingaan selalu menjadi unggulan, masyarakat semakin menyukainya, karena itu perkembangannya sangat pesat.

Dewasa ini, di Subang saja diperkirakan ada 200 grup Sisingaan yang tersebar di setiap desa, oleh karena itu Festival Sisingaan Kabupaten Subang yang diselenggarakan setiap tahunnya, merupakan jawaban konkrit dari antusiasme masyarakat Subang. Karena bagi pemenang, diberi peluang mengisi acara di tingkat regional, nasional, bahkan internasional. Penyebaran Sisingaan sangat cepat, dibeberapa daerah di luar Subang, seperti Sumedang, Kabupaten Bandung, Purwakarta, dll, Sisingaan menjadi salah satu jenis pertunjukan rakyat yang disukai, terutama dalam acara-acara khitanan dan perkawinan. Sebagai seni helaran yang unggul, Sisingaan dikemas sedemikian rupa dengan penambahan pelbagai atraksi, misalnya yang paling menonjol adalah Jajangkungan dengan tampilan manusia-manusia yang tinggi menjangkau langit, sekitar 3-4 meter, serta ditambahkan dengan bunyibunyian petasan yang dipasang dalam bentuk sebuah senapan.


Desa Curugagung merupakan salah satu desa yang memiliki kesenian khas Kabupaten Subang yaitu sisingaan. Kesenian sisingaan ini sudah ada sejak tahun 1995 yang di prakarsai oleh kepala desa Curugagung bapak Iwan Hermawan, bapak Iwan merupakan salah satu ketua yang mengelola kesenian sisingaan di Desa Curugagung. Biasanya sisingaan di pakai pada acara hajatan, khitanan, panen raya, dll. Di Desa Curugagung sendiri memiliki 10 singa yang biasanya dipakai. Sudah banyak tawaran atau undangan dimana-mana. Kesenian khas sisingaan menjadikan lahan pekerjaan untuk para masyarakat Curugagung untuk memiliki pekerjaan sampingan untuk mendapatkan dana tambahan dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari. Kebudayaan yang sudah ada dan berkembang harus tetap dilestarikan agar kesenian yang ada di Desa Curugagung tidak punah oleh termakan zaman.



Musik pengiring Sisingaan pada awalnya cukup sederhana, antara lain: Kendang Indung (2 buah), Kulanter, Bonang (ketuk), Tarompet, Goong, Kempul, Kecrek. Karena Helaran, memainkannya sambil berdiri, digotong dan diikatkan ke tubuh. Dalam perkembangannya sekarang memakai juru kawih dengan lagu-lagu (baik vokal maupun intrumental), antara lain: Lagu Keringan, Lagu Kidung, Lagu Titipatipa, Lagu Gondang,Lagu Kasreng, Lagu Selingan (Siyur, Tepang Sono, Awet rajet, Serat Salira, Madu dan Racun, Pria Idaman, Goyang Dombret, Warudoyong dll), Lagu Gurudugan, Lagu Mapay Roko atau Mars-an (sebagai lagu penutup). Lagu lagu dalam Sisingaan tersebut diambil dari lagu-lagu kesenian Ketuk Tilu, Doger dan Kliningan.

Ada beberapa makna yang terkandung dalam seni pertunjukan Sisingaan, diantaranya:
  • Makna sosial, masyarakat Subang percaya bahwa jiwa kesenian rakyat sangat berperan dalam diri mereka, seperti egalitarian, spontanitas, dan rasa memiliki dari setiap jenis seni rakyat yang muncul.
  • Makna teatrikal, dilihat dari penampilannya Sisingaan dewasa ini tak diragukan lagi sangat teatrikal, apalagi setelah ditmabhakn berbagai variasi, seperti jajangkungan dan lain-lain.
  • Makna komersial, karena Sisingaan mampu meningkatkan kesejahteraan mereka, maka antusiasme munculnya sejumlah puluhan bahkan ratusan kelompok Sisingaan dari berbagai desa untuk ikut festival, menunjukan peluang ini, karena si pemenang akan mendapatkan peluang bisnis yang menggiurkan, sama halnya seperti seni bajidoran.
  • Makna universal, dalam setiap etnik dan bangsa seringkali dipunyai pemujaan terhadap binatang Singa (terutama Eropa dan Afrika), meskipun di Jawa Barat tidak terdapat habitat binatang Singa, namun dengan konsep kerkayatan, dapat saja Singa muncul bukan dihabitatnya, dan diterima sebagai miliknya, terbukti pada Sisingaan.
  • Makna Spiritual, dipercaya oleh masyarakat lingkungannya untuk keselamatan/ (salametan) atau syukuran.


LED (Lumbung Ekonomi Desa)







Awal terbentuknya LED di desa curugagung diprakarsai dengan adanya suatu program dari Koperasi dan di jadikan suatu program yang di jalankan oleh Bapak Bupati Subang, LED desa curugagung berdiri sejak tanggal 25 November 2006 dengan dana awal kurang lebih sekitar Rp. 4.000.000. Namun LED mulai berjalan pada tahun 2007 dengan modal awal dari anggota sebesar Rp.60.000.000. Saat ini LED telah berbadan hukum dan memiliki akta notaris. Sekarang dana yang ada di LED setelah berdiri selama 6 tahun ada sekitar Rp. 400.000.000 yang dimana diantaranya didapat dari hibah bupati Subang sebesar Rp.12.000.000 pada tahun 2008. Lalu didapat juga hibah dari Gubernur Jawa Barat sebesar Rp.25.000.000 karena LED Curugagung mendapat predikat sebagai LED terbaik sekabupaten Subang. Itu merupakan suatu angka yang fantastis dan merupakan suatu prestasi yang tinggi oleh sebuah lembaga. 


Bangunan LED



LED merupakan suatu koperasi simpan pinjam bagi masyarakat desa curugagung. Tujuan dari LED sendiri adalah untuk mensejahterkan para anggotanya dan masyarakat dan ingin meminimalisir adanya rentenir. Bunga yang di tetapkan sebesar 3% per bulan yang dimana bunga tersebut lebih rendah dari yang diberikan oleh para rentenir. LED sendiri di ketuai oleh Ibu Oom dan di bantu oleh para pengurusnya sebanyak 11orang dengan anggota sebanyak 1023 anggota. Kegiatan yang sekarang rutin setiap setahun sekali adalah kegiatan RAT (Rapat Anggota Tahun) yang isi kegiatanya adalah menyampaikan laporan pemasukan dan pengeluaran keuangan LED kepada masyarakat desa curugagung. Lalu kegiatan lainnya yang ada di LED adalah koperasi simpan pinjam. Pembagian SHU (Sisa Hasil Usaha) itu 10% buat pengurus, 12% buat desa, sisanya buat anggota.

Ketua LED, Ibu Oom


Wisata Alam Curug Cina


Subang  merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat yang termasuk ke dalam tatar Sunda atau Parahyangan yang memiliki beberapa tempat wisata alam dan merupakan jalan alternatif setelah melewati  Kota Bandung. Selain objek wisata alam Tangkuban Perahu, Ciater, Batu Kapur dan sebagainya, ada salah satu tempat  yang akan menjadi objek wisata ternama di Kabupaten Subang, yang terletak di Kecamatan Sagalaherang, Desa Curugagung, yaitu Curug Cina.
Objek wisata Curug Cina terletak di salah satu desa di Kabupaten Subang, tepatnya di Desa Curugagung, Kecamatan Sagalaherang. Jarak dari Kota Subang ke Curug Cina berjarak sekitar 7 km, dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam perjalanan. Dinamakan Curug Cina dikarenakan pada zaman dahulu kala ada seorang pemburu yang berdarah Tionghoa yang melakukan perburuan dan meninggal di sekitar curug tersebut. Peristiwa tersebutlah yang menyebabkan tempat itu dinamai Curug Cina.



            Curug Cina menyajikan panorama yang indah dengan birunya langit, sejuknya udara, diselingi hamparan sawah yang tertata rapi, kilaunya bebatuan beserta hijaunya pepohonan yang menyelimuti suasana wisata yang berada di sekitar curug tersebut. Ditambah siraman air terjun yang deras, dingin, sejuk dan jernih, yang nantinya akan membuat wisatawan tak tahan lagi ingin segera bermandi ria di bawahnya. Disamping Curug Cina tersebut terdapat juga sumber air panas yang dapat dimanfaatkan sesuai keinginan wisatawan kelak.




            Dibalik keindahan alam yang disajikan Curug Cina tersebut ada beberapa kendala yang dihadapi ketika berkunjung ke tempat tersebut, yaitu medan yang sulit untuk ditempuh disebabkan akses jalan yang tidak mendukung, diantaranya harus melewati pesawahan dan hutan untuk sampai ke Curug Cina tersebut. Mungkin kendala di atas dapat menjadi tolak ukur bagi dinas/instansi terkait dalam usaha  pengembangan potensi wisata alam yang kurang mendapatkan perhatian.


            Dalam beberapa tahun ke depan, jika mendapatkan perhatian, Curug Cina akan menjadi salah satu objek wisata alam yang  potensial di Provinsi Jawa Barat.

Rabu, 08 Februari 2012

Profil Desa Curugagung


Desa Curugagung merupakan salah satu desa dari kecamatan Sagalaherang kabupaten Subang. Desa ini dapat dikatakan desa terjauh dari kecamatan Sagalaherang. Akses jalan ke desa Curugagung dapat ditempuh melalui empat jalan yaitu melalui Jalan Jambelaer, Jalan Warung Kadu, Jalan Cagak, dan Sagalaherang. Akses jalan menuju desa Curugagung yang termudah dapat ditempuh melalui jalan Warung Kadu, tetapi hampir di setiap titik jalan mengalami kerusakan.
Dari segi struktur organisasi yang terdapat dalam desa Curugagung, sudah meliputi unsur struktur yang termasuk lengkap. Seperti Kepala Desa yang berdiri sejajar dengan perangkat desa, dan membawahi
Desa Curugagung berbatasan dengan empat desa lain, diantaranya, Desa Jambelaer (sebelah utara), Desa Bunihayu (sebelah selatan), Desa Parung (sebelah timur), dan Desa Leles (sebelah barat).
Tabel 1. Batas wilayah
Batas
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Sebelah utara
Jambelaer
Dawuan
Sebelah selatan
Bunihayu
Jalan Cagak
Sebelah timur
Parung
Subang
Sebelah barat
Leles
Sagalaherang

Hampir sebagian lahan wilayah di desa Curugagung berupa lahan persawahan, lahan perkebunan, dan lahan pemukiman. Menurut data yang kami dapatkan luas lahan perkebunan merupakan lahan terluas di desa Curugagung.
Tabel 2. Luas wilayah menurut penggunaan
Luas pemukiman
30 ha/m2
Luas persawahan
386 ha/m2
Luas perkebunan
440 ha/m2
Luas kuburan
4 ha/m2
Luas Prasaranan umum lainnya
15 ha/m2

Sarana prasarana yang ada di Desa Curugagung cukup memadai untuk masyarakat. Melalui survey yang telah kami lakukan terdapat beberapa sarana prasarana yang telah berjalan dengan baik, namun ada pula yang belum. Di desa ini, telah terdapat beberapa sekolah diantaranya 3 Sekolah Dasar, 1 Sekolah Menengah Kejuruan, 1 Madrasah tsanawiyah, dan 3 PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Telah didirikan pula beberapa Mesjid di setiap wilayah desa. Selain itu, Balai Musyawarah, GOR, dan Puskesmas (berbentuk Puskesmas Pembantu) pun telah ada dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Dalam wawancara serta observasi yang kami lakukan tersebut, didapatkan informasi mengenai proses pelayanan administrasi desa. Pelayanan dilakukan oleh perangkat desa. Biasanya ada beberapa Kaur (Kepala Urusan) yang siap sedia membantu masyarakat. Namun, dikarenakan tidak semua Kaur selalu ada di desa, setiap perangkat diwajibkan untuk mampu melayani masyarakat dalam hal pengurusan administrasi, misalnya pembuatan KTP, surat-surat yang dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, setiap Kaur dapat mengerjakan berbagai hal yang semestinya bukan bagian dari tugas awalnya.
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan didapatkan hampir seluruh masyarakat Desa Curugagung berprofesi sebagai petani. Hal ini didukung pula dengan kesuburan tanah serta pengairan yang baik. Baik sawah maupun hasil perkebunan terlihat sangat baik, dan hasil tersebut banyak yang dijual juga dikonsumsi secara pribadi.
Potensi lain yang telah diberdayakan di desa Curugagung adalah pariwisata. Terdapat beberapa curug yang dapat dikelola menjadi tempat wisata, salah satunya Curug Cina. namun demikian, akses menuju curug tersebut masih kurang memadai. Walaupun akses yang bisa ditempuh untuk sampai ke curug cina hanyalah berupa jalan setapak, namun kita disana akan disajikan dengan pemandang curug yang sangat indah yang bisa menghilangkan rasa lelah.





Kesenian masyarakat yang terdapat di Desa Curugagung adalah sisingaan. Sisingaan adalah kesenian budaya sunda khas Subang berupa arak-arakan dan atraksi yang dilakukan dalam acara –acara khitanan dan perkawinan.